Pandangan Islam Salaf tentang Tidur: Bukti Kelemahan dan Kasih Sayang Allah
Tidur adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Islam tidak hanya mengakui pentingnya tidur, tetapi juga mengajarkan adab, waktu, serta makna spiritual di baliknya. Ulama salafus shalih memandang tidur sebagai salah satu tanda nyata akan kelemahan manusia dan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
1. Tidur adalah Bukti Kelemahan Manusia
Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk yang lemah dan serba bergantung kepada Allah ﷻ. Kebutuhan akan tidur adalah salah satu buktinya. Allah ﷻ berfirman:
"Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur..."
— QS. Al-Baqarah: 255
Ayat ini menegaskan perbedaan antara Sang Pencipta dan makhluk-Nya. Allah tidak butuh tidur, sementara manusia tidak bisa hidup tanpa tidur. Para ulama salaf seperti Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa tidur menunjukkan lemahnya makhluk, karena saat itu manusia tidak bisa menjaga diri, tidak sadar, bahkan bisa mati dalam tidurnya jika Allah tak membangunkannya.
2. Tidur adalah Kematian Sementara
Dalam Islam, tidur dipandang sebagai bentuk "wafat kecil". Allah berfirman:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya..."
— QS. Az-Zumar: 42
Ulama salaf menyebut tidur sebagai bentuk pengingat akan kematian. Karena itu, sebelum tidur dianjurkan membaca doa, mengingat dosa, dan bertaubat. Nabi ﷺ bersabda:
"Tidur adalah saudaranya mati."
— Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah biasa memperbanyak istighfar sebelum tidur dan mengatakan bahwa bisa jadi malam ini adalah malam terakhir di dunia.
3. Sunnah-sunnah Tidur dalam Islam
Islam sangat memperhatikan adab dalam tidur. Di antara sunnah yang dijaga oleh para salaf:
- Berwudhu sebelum tidur
- Tidur dengan posisi miring ke kanan
- Membaca dzikir dan doa sebelum tidur
- Tidak tidur terlalu malam tanpa alasan syar’i
- Bangun untuk shalat malam atau shalat subuh tepat waktu
Ulama salaf menjadikan tidur sebagai bagian dari ibadah. Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya tidurnya orang yang berakal adalah karena ingin kuat untuk berdzikir, belajar, atau bekerja yang halal.”
4. Waktu Tidur yang Dilarang dan Dimakruhkan
Beberapa waktu tidur dianggap makruh atau bahkan berbahaya, baik secara syar’i maupun medis, dan ini telah dijelaskan oleh ulama salaf:
- Setelah shalat subuh: Tidur di waktu ini dimakruhkan karena menyebabkan malas dan hilangnya keberkahan pagi.
- Sebelum isya: Nabi ﷺ tidak menyukai tidur sebelum isya, karena akan menyebabkan lalai dari kewajiban shalat.
- Tidur berlebihan (isyraf fi naum): Salaf menganggap tidur berlebihan sebagai tanda lemahnya jiwa dan kurangnya semangat akhirat.
5. Tidur sebagai Nikmat dan Rahmat Allah
Meski menunjukkan kelemahan, tidur adalah bentuk rahmat Allah ﷻ. Dalam Al-Qur'an, tidur disebut sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari..."
— QS. Ar-Rum: 23
Ulama seperti Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Jika Allah tidak memberikan nikmat tidur, maka manusia akan menjadi gila.” Ini menunjukkan bahwa tidur adalah karunia, bukan hanya kebutuhan biologis.
6. Salaf dan Semangat Mengatur Tidur
Banyak dari kalangan salaf yang tidur hanya sebentar agar bisa lebih banyak beribadah. Namun mereka tidak meninggalkan tidur sepenuhnya, karena tahu tubuh punya hak. Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Mubarak rahimahullah hanya tidur sekitar satu atau dua jam dalam sehari, namun sangat menjaga kualitas ibadah dan kesehatan.
Nabi ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya tubuhmu punya hak atasmu..."
— HR. Bukhari
Ini menunjukkan bahwa Islam bukan agama yang menyiksa diri, tetapi mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Kesimpulan
Dalam pandangan Islam, khususnya menurut ulama salaf, tidur adalah bukti nyata akan lemahnya manusia, sekaligus bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Islam tidak hanya mengakui pentingnya tidur, tapi juga mengatur adab, waktu, dan tujuan tidur. Dengan mengamalkan sunnah-sunnah sebelum tidur, seorang Muslim bisa mengubah aktivitas biasa menjadi ibadah yang mendekatkannya kepada Allah ﷻ.
Maka, jadikan tidur bukan sebagai bentuk kemalasan, tapi sebagai sarana menata kembali kekuatan untuk taat kepada Allah. Dan ingatlah selalu, bahwa setiap kali kita tertidur, kita tidak tahu apakah akan bangun kembali atau tidak.

Posting Komentar