Kenapa Kata "Bodoh" yang Allah Pilih Didalam Al-Qur'an?

Mengapa Allah Menggunakan Kata "Bodoh" dalam Al-Qur'an?

Mengapa Allah Menggunakan Kata "Bodoh" dalam Al-Qur'an?

Bahasa Al-Qur’an penuh dengan keindahan, kelembutan, dan hikmah. Salah satu hal yang sering menimbulkan rasa penasaran adalah mengapa dalam terjemahan Al-Qur’an kita menemukan kata "bodoh" ketika Allah menjelaskan sifat manusia yang menolak kebenaran, sementara tidak pernah ditemukan kata kasar seperti tolol atau goblok. Pertanyaan ini penting, karena bukan sekadar soal bahasa, melainkan juga tentang bagaimana Al-Qur’an mengajarkan adab, kelembutan, dan cara menegur hamba-Nya.

1. Bahasa Al-Qur’an: Penuh Keindahan dan Kelembutan

Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang sangat kaya, indah, dan penuh makna. Dalam bahasa Arab, terdapat banyak kata untuk menyebut "tidak tahu" atau "bodoh". Ada kata jahil, safih, ghafil, dan lain sebagainya. Masing-masing memiliki nuansa makna yang berbeda. Namun, ketika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, para ulama dan ahli bahasa lebih memilih kata "bodoh" sebagai padanan, bukan kata-kata kasar.

2. Mengapa Tidak Menggunakan Kata "Tolol" atau "Goblok"?

Dalam bahasa sehari-hari, kata "tolol" atau "goblok" sering digunakan sebagai cemoohan. Kedua kata itu bernuansa sangat kasar, menghina, dan merendahkan. Jika kata-kata itu digunakan dalam terjemahan Al-Qur’an, tentu akan terasa tidak pantas dan menimbulkan kesan seolah-olah Allah sedang mencaci maki hamba-Nya. Padahal, bahasa Al-Qur’an adalah bahasa yang penuh kemuliaan.

  1. Kata "bodoh" lebih netral. Kata ini bisa digunakan dalam percakapan formal, akademik, atau religius tanpa menimbulkan kesan kasar. Sementara kata "tolol" atau "goblok" hampir selalu terdengar menghina.
  2. Al-Qur’an menjaga adab bahasa. Walaupun menegur dengan keras, Al-Qur’an tetap memilih kata yang tidak kasar. Allah ingin memberi peringatan, bukan sekadar menghina.
  3. Menghormati pembaca Al-Qur’an. Terjemahan mushaf dibaca di masjid, sekolah, dan rumah. Jika kata-kata kasar dipakai, tentu terasa janggal dan kurang pantas.

3. Kata "Bodoh" dalam Al-Qur’an: Safih dan Jahil

Dalam bahasa Arab, ada dua kata utama yang sering diterjemahkan sebagai "bodoh": safih dan jahil.

a. Safih

Kata safih berarti orang yang ceroboh, tidak bijak, dan mengabaikan kebenaran. Misalnya dalam QS. Al-Baqarah ayat 130:

"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim selain orang yang safih (bodoh) jiwanya."

b. Jahil

Kata jahil berasal dari kata jahl yang artinya tidak tahu. Dari sini lahirlah istilah Jahiliyyah, yaitu zaman kebodohan sebelum Islam datang. Misalnya QS. Al-An’am ayat 35 menyebut orang-orang yang jahil.

4. Tafsir Ulama tentang "Bodoh" dalam Al-Qur’an

Banyak ulama tafsir yang menjelaskan makna "bodoh" dalam Al-Qur’an:

  • Ibnu Katsir: kata safih berarti orang yang menolak kebenaran meski sudah jelas.
  • Imam Al-Qurthubi: kebodohan bukan kelemahan otak, melainkan kelemahan hati.
  • Fakhruddin Ar-Razi: kebodohan sejati adalah merasa pintar padahal menolak petunjuk Allah.

5. Daftar Ayat Al-Qur’an yang Menggunakan Kata "Bodoh"

Dalam terjemahan resmi Al-Qur’an bahasa Indonesia, kata "bodoh" muncul di beberapa ayat berikut:

  • QS. Al-Baqarah 130: “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim selain orang yang bodoh jiwanya…”
  • QS. Al-Baqarah 142: “Orang-orang yang bodoh di antara manusia akan berkata: ‘Apakah yang memalingkan mereka dari kiblatnya (Baitul Maqdis)…’”
  • QS. Al-Baqarah 282: “…janganlah para saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu… kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu (jika kamu tidak menuliskannya). Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan jangan pula saksi; jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kamu kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
    (Dalam beberapa tafsir diterangkan bahwa orang yang tidak mau mencatat transaksi disebut sebagai orang yang bodoh karena merugikan dirinya sendiri).
  • QS. Al-An’am 35: “…maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang bodoh.”
  • QS. Al-A’raf 199: “…berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
  • QS. Al-Maidah 58: “Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) salat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka adalah kaum yang bodoh.”
  • QS. Yusuf 33: “Ya Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku; dan jika tidak Engkau hindarkan tipu daya mereka dariku, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”

Masih ada beberapa ayat lain yang secara tafsir menggunakan kata “bodoh” meski tidak eksplisit dalam terjemahan. Semuanya menunjukkan bahwa kebodohan dalam Al-Qur’an bukan soal kecerdasan otak, melainkan sikap hati dan perbuatan.

6. Perbedaan "Bodoh" dan "Tidak Tahu"

Tidak semua orang yang tidak tahu disebut bodoh. Dalam Islam, orang yang tidak tahu tapi mau belajar dimuliakan. Namun orang yang sudah tahu kebenaran lalu menolak, itulah yang disebut bodoh.

7. Pelajaran dari Penggunaan Kata "Bodoh"

  1. Allah mendidik dengan lembut.
  2. Kata yang baik menembus hati.
  3. Kita harus menjaga lisan.

8. Relevansi di Era Modern

Di media sosial, banyak orang mudah mencaci dengan kata kasar. Padahal Al-Qur’an memberi teladan agar kita menegur dengan kata yang baik, bukan menghina. Inilah adab bahasa yang harus kita jaga.

Kesimpulan

Allah menggunakan kata "bodoh" dalam Al-Qur’an (terjemahan) karena kata itu halus, netral, dan sesuai makna Arab seperti safih dan jahil. Kata kasar seperti "tolol" atau "goblok" tidak layak untuk kitab suci. Daftar ayat di atas membuktikan bahwa istilah “bodoh” selalu dipakai dalam konteks menolak kebenaran, bukan sekadar kurang pintar. Dari sini kita belajar adab berbahasa: menasihati dengan lembut lebih efektif daripada mencaci dengan kasar.

Semoga tulisan ini membuat kita semakin cinta pada Al-Qur’an dan semakin berhati-hati dalam menggunakan bahasa sehari-hari.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama