Perbedaan Diperas dengan Suka Rela dan Ikhlas dalam Pandangan Salaf
Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari interaksi dengan sesama. Ada saatnya seseorang diminta tolong, ada kalanya ia dimintai harta, dan terkadang ia sendiri yang memberi tanpa diminta. Namun tidak semua bentuk “pemberian” atau “pengorbanan” bernilai sama di sisi Allah. Sebab dalam Islam, nilai suatu amal sangat ditentukan oleh niat, keridhaan, serta kondisi yang melatarbelakanginya.
Salah satu perbedaan mendasar yang diajarkan para ulama salaf adalah antara amal yang dilakukan karena diperas dengan amal yang dilakukan karena suka rela dan ikhlas. Keduanya sama-sama tampak sebagai “pemberian”, tetapi hakikatnya sangat berbeda. Artikel ini akan membahas panjang lebar perbedaan tersebut berdasarkan pemahaman salaf, disertai dalil, kisah nyata, dan pelajaran hidup.
Apa itu Diperas?
Diperas artinya seseorang memberikan sesuatu dalam keadaan terpaksa, tanpa ada keridhaan dari dirinya. Ia tidak memberi karena ingin, tetapi karena takut, terancam, atau ditekan. Dalam istilah Islam, harta atau hak yang diambil secara paksa termasuk dalam kategori ghashab (merampas) atau zulm (kezaliman).
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil...” (QS. Al-Baqarah: 188).
Memeras orang lain agar memberikan sesuatu termasuk memakan harta dengan cara batil. Para ulama salaf menekankan bahwa kedzaliman sekecil apapun akan dihisab oleh Allah di hari kiamat. Bahkan meskipun pelakunya adalah orang berilmu atau berkuasa, kedzaliman tidak akan dibiarkan begitu saja.
Kisah dari Salaf tentang Kezaliman
Diceritakan bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah menegur seorang pejabat yang memaksa rakyat memberikan sebagian hartanya untuk proyek negara. Umar marah dan berkata: “Apakah engkau ingin membebani mereka dengan sesuatu yang tidak mereka ridai? Demi Allah, itu adalah bentuk kezhaliman!”. Dari sini terlihat jelas bahwa salaf sangat menjaga hak orang lain agar tidak diambil dengan cara paksa.
Apa itu Suka Rela dan Ikhlas?
Suka rela berarti melakukan sesuatu tanpa paksaan, dengan keridhaan hati. Sedangkan ikhlas artinya meniatkan amal hanya karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau takut dicela. Ikhlas adalah syarat utama diterimanya amal ibadah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung niat, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam pemahaman salaf, ikhlas adalah ruh dari amal. Tanpa ikhlas, amal sebesar apapun tidak akan bernilai. Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, dan beramal karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah jika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.”
Kisah dari Salaf tentang Ikhlas
Disebutkan dalam biografi ulama salaf bahwa mereka sering menyembunyikan amal mereka agar tetap ikhlas. Ada seorang ulama yang bertahun-tahun bangun malam tanpa diketahui istrinya sendiri. Hal itu dilakukan agar amalnya murni karena Allah. Inilah tanda suka rela dan ikhlas: tidak ada paksaan, tidak ada pamrih dunia, hanya mengharap ridha Allah.
Perbedaan Mendasar Menurut Pemahaman Salaf
Jika kita membandingkan antara diperas dengan suka rela dan ikhlas, perbedaannya sangat jelas:
- Diperas: Amal terjadi karena paksaan, tidak ada niat tulus, tidak ada keridhaan. Bagi yang memeras, ini adalah dosa besar. Bagi yang memberi karena dipaksa, ia tidak berdosa, tetapi juga tidak mendapat pahala sedekah.
- Suka Rela & Ikhlas: Amal dilakukan dengan keridhaan hati, tanpa tekanan. Jika diniatkan karena Allah, maka amal itu bernilai ibadah dan mendapat pahala besar.
Contoh Kehidupan Sehari-hari
1. Kasus Memeras
Seorang tetangga meminta uang dengan ancaman jika tidak diberi maka rahasia kita akan dibongkar. Orang yang akhirnya memberikan uang tersebut melakukannya dalam keadaan terpaksa. Ini bukanlah sedekah, melainkan harta yang terambil dengan cara batil.
2. Kasus Suka Rela dan Ikhlas
Seseorang melihat tetangganya kesulitan membeli kebutuhan pokok. Ia datang membawa bahan makanan dengan hati lapang, tanpa ada paksaan, dan hanya berharap balasan dari Allah. Inilah sedekah yang ikhlas, dan amal seperti ini sangat dicintai Allah.
Pandangan Salaf tentang Hakikat Amal
Para ulama salaf selalu menekankan bahwa amal bukan sekadar gerakan lahiriah, tetapi lebih pada kondisi hati. Seseorang bisa terlihat memberi banyak, tetapi jika ia melakukannya karena terpaksa atau demi dunia, maka amalnya sia-sia. Sebaliknya, seseorang mungkin memberi sedikit, tetapi karena ikhlas, amalnya bernilai besar di sisi Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jagalah diri kalian dari api neraka, meskipun dengan (sedekah) separuh kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa sekecil apapun amal, jika dilakukan dengan ikhlas, akan bernilai besar. Bukan besar kecilnya yang menentukan, melainkan keikhlasan dan keridhaan hati.
Akibat Memeras Menurut Salaf
Memeras atau memaksa orang lain adalah bentuk kedzaliman. Rasulullah ﷺ telah memperingatkan bahwa kedzaliman adalah kegelapan di hari kiamat. Orang yang memeras mungkin merasa untung di dunia, tetapi ia akan merugi di akhirat karena harus mempertanggungjawabkan kezalimannya.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Kezaliman itu akan membawa kepada kehancuran, dan tidak ada satu pun umat yang hancur kecuali karena kezaliman yang merajalela.”
Keutamaan Ikhlas Menurut Salaf
Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan ikhlas akan mendatangkan keberkahan. Allah akan menjaga hati pelakunya, membersihkan niatnya, dan melipatgandakan pahalanya. Amal yang ikhlas juga ringan dilakukan karena hati merasa tenang. Inilah sebabnya salaf begitu menjaga keikhlasan dalam setiap amal.
Kesimpulan
Dari pembahasan panjang ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara diperas dengan suka rela dan ikhlas dalam pandangan salaf sangat jelas:
- Diperas = amal karena paksaan, tidak ada ridha, termasuk kezhaliman, dan tidak bernilai ibadah.
- Suka Rela & Ikhlas = amal karena Allah, dilakukan dengan keridhaan hati, bernilai pahala besar.
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah jangan pernah mengambil hak orang lain dengan cara memaksa atau memeras. Sebaliknya, biasakanlah diri untuk beramal dengan ikhlas, meski kecil, karena keikhlasan adalah yang paling dicari oleh Allah.
Wallahu a’lam bishshawab.

Posting Komentar