Pentingnya Meminta Saran Kepada Orang di Bawah Tanggung Jawab Kita
Banyak orang beranggapan bahwa meminta saran hanya berlaku dari bawahan kepada atasan, dari murid kepada guru, atau dari anak kepada orang tua. Padahal dalam kehidupan nyata, seorang pemimpin, kepala keluarga, atau siapa saja yang memiliki tanggung jawab terhadap orang lain, juga perlu membuka ruang untuk menerima saran dari mereka yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Istri, anak buah, karyawan, maupun pekerja, semuanya adalah manusia yang juga memiliki pengalaman, pengetahuan, bahkan intuisi yang bisa memperkaya perspektif kita. Mengabaikan saran mereka bisa membuat kita terjebak dalam keputusan sepihak yang kering, penuh ego, dan tidak bijak. Artikel ini akan membahas betapa pentingnya meminta saran dari orang-orang di sekitar kita, khususnya mereka yang berada dalam lingkar tanggung jawab kita.
1. Meminta Saran Bukan Berarti Lemah
Sebagian orang enggan meminta saran kepada istri, anak buah, atau karyawan karena takut dianggap lemah. Padahal sebaliknya, meminta saran adalah tanda kebijaksanaan. Orang yang benar-benar kuat adalah orang yang berani mendengar masukan, meskipun berasal dari orang yang kedudukannya lebih rendah secara formal.
Dalam sejarah, banyak pemimpin besar yang justru dihormati karena mau mendengarkan. Rasulullah ﷺ, misalnya, terkenal sering bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam berbagai urusan, bahkan ketika beliau adalah pemimpin tertinggi umat Islam. Itu menunjukkan bahwa kebesaran bukan terletak pada merasa paling tahu, melainkan pada kemampuan untuk mendengar.
2. Menumbuhkan Rasa Dihargai
Ketika seorang suami meminta saran kepada istrinya, istri akan merasa dihargai dan dianggap penting. Demikian pula ketika seorang pemimpin perusahaan meminta masukan dari karyawan, karyawan akan merasa memiliki andil dalam perkembangan perusahaan.
Rasa dihargai ini akan berbuah menjadi loyalitas, semangat kerja, dan keharmonisan hubungan. Orang yang merasa pendapatnya tidak pernah didengar, lama-kelamaan akan kehilangan motivasi untuk berkontribusi. Sebaliknya, dengan mendengar saran, meskipun tidak semua bisa diambil, setidaknya mereka merasa dilibatkan.
3. Melihat Masalah Dari Sudut Pandang Berbeda
Tidak semua hal bisa dilihat dengan jelas oleh pemimpin atau kepala keluarga. Kadang ada sudut pandang yang terlewat, ada detail kecil yang tidak disadari. Nah, orang-orang di bawah tanggung jawab kita seringkali punya pandangan yang berbeda karena mereka berhadapan langsung dengan kondisi lapangan.
Misalnya, seorang manajer mungkin merencanakan target penjualan, tetapi karyawan lapangan lebih tahu bagaimana perilaku konsumen sebenarnya. Dengan mendengar saran dari mereka, keputusan yang diambil bisa lebih realistis dan tepat sasaran.
4. Mengurangi Risiko Kesalahan Fatal
Keputusan sepihak berisiko besar menimbulkan kesalahan fatal. Dengan meminta saran, kita membuka ruang untuk mengecek ulang keputusan sebelum dieksekusi. Kadang sebuah ide terlihat bagus di atas kertas, tetapi sulit dilaksanakan di lapangan.
Melibatkan istri, anak buah, atau karyawan dalam memberikan masukan berarti kita menambah filter yang dapat menyelamatkan dari keputusan gegabah. Dalam dunia kerja, ini dikenal dengan prinsip cross-check atau uji kelayakan sebelum implementasi.
5. Membentuk Budaya Musyawarah
Dalam keluarga maupun organisasi, budaya musyawarah sangat penting. Musyawarah bukan sekadar mencari solusi, tetapi juga melatih setiap anggota untuk terbiasa berdiskusi, mengutarakan pendapat, dan menghargai pandangan orang lain.
Jika seorang ayah membiasakan meminta saran kepada istri dan anak, maka anak-anak pun akan belajar bahwa setiap keputusan penting sebaiknya dibicarakan bersama. Begitu juga di perusahaan, jika atasan membiasakan mendengar saran bawahan, budaya keterbukaan akan tumbuh, sehingga perusahaan lebih adaptif menghadapi perubahan.
6. Memperkuat Hubungan Emosional
Hubungan antara pemimpin dan bawahan, suami dan istri, bukan hanya sekadar hubungan formal. Ada sisi emosional yang tidak kalah penting. Dengan meminta saran, hubungan emosional ini semakin erat karena ada komunikasi dua arah yang sehat.
Istri akan merasa lebih dekat ketika suami mau mendengar sarannya, anak buah merasa lebih dihormati ketika atasan membuka ruang diskusi, begitu pula pekerja yang merasa lebih percaya diri ketika diberi kesempatan bicara.
7. Contoh Nyata Dalam Kehidupan
- Dalam keluarga: Seorang suami yang akan membeli rumah meminta saran kepada istri. Bisa jadi istri lebih teliti memperhatikan lingkungan sekitar, akses pendidikan, atau kenyamanan rumah yang akan ditinggali.
- Dalam pekerjaan: Seorang manajer meminta saran kepada tim marketing sebelum meluncurkan produk baru. Tim marketing yang berhadapan langsung dengan konsumen lebih tahu selera pasar.
- Dalam bisnis kecil: Pemilik warung makan meminta saran kepada karyawannya tentang menu baru. Karyawan yang berhadapan dengan pelanggan bisa memberi masukan tentang apa yang paling disukai pembeli.
8. Cara Meminta Saran Dengan Bijak
Tidak semua orang terbiasa memberi saran. Oleh karena itu, kita perlu tahu cara yang tepat agar saran yang didapat benar-benar bermanfaat:
- Ajukan pertanyaan terbuka, misalnya: “Menurutmu, apa yang sebaiknya kita lakukan?”
- Hargai setiap jawaban, meskipun sederhana.
- Catat poin penting, jangan hanya mendengar lalu dilupakan.
- Jelaskan alasan, jika ada saran yang tidak bisa diambil, agar mereka mengerti.
Kesimpulan
Meminta saran kepada orang di bawah tanggung jawab kita bukanlah tanda kelemahan, melainkan cerminan kebijaksanaan. Dengan mendengar masukan istri, anak buah, karyawan, atau pekerja, kita bisa membuat keputusan yang lebih tepat, menumbuhkan rasa dihargai, memperkuat hubungan emosional, serta membangun budaya musyawarah yang sehat.
Kepemimpinan sejati bukan tentang siapa yang paling berkuasa, tetapi siapa yang paling mampu mendengar dan menghargai. Dengan begitu, keputusan yang diambil bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga membawa kebaikan bagi semua yang kita pimpin.

Posting Komentar